Kamis, 19 Desember 2013

TRIANGLE BANYUWANGI MENJEMPUT BOLA

TRIANGLE BANYUWANGI MENJEMPUT BOLA


Salah satu cara agar kura-kura bisa melihat keindahan dunia adalah dengan mengeluarkan kepala dari cangkangnya alias think out of the box.  Kita dihadapkan pada dunia global yang telah menjadikan batas-batas wilayah semakin tidak jelas, informasi semakin banyak dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menuntut kita untuk cepat berubah. Siap ataupun tidak siap arus globalisasi akan terus meraja lela.
Think Globally and Act Locally adalah prinsip dasar dalam memajukan daerah. Memajukan daerah berarti membuat perencanaan yang strategis dan langkah taktik dengan cara yang tidak biasa agar menjadi daerah yang luar biasa. Perencanaan yang strategis itu harus bebasis global, namun dengan taktik yang berbasis sentuhan lokal.
Memajukan daerah berarti meningkatkan level dari lokal, nasional, negara atau bahkan dunia. Memajukan daerah bisa dilakukan oleh triangle dengan menjemput bola. Triangle yang dimaksud adalah GPP yaitu Goverment (pemerintah), People (masyarakat dan pengusaha), dan Potential content (potensial daerah), sedangkan bola yang harus dijemput adalah BIT yaitu Businessman, investor dan tourist. Peranan triangle adalah menciptakan virtuous cycle yaitu ketiganya harus memiliki kesamaan dalam visi dan langkah dengan interaksi yang saling menguatkan. Visi memegang peranan penting untuk kemajuan daerah di masa depan.
Di level government, pemerintah harus bisa mengubah mindset dari birokratis menjadi entrepreneurial yang berani mengambil tindakan tanpa terbelit alur birokrasi yang panjang. Pemerintah harus cepat dalam menangkap peluang dan memanfaatkannya untuk kemajuan daerah, menciptakan pelayanan yang cepat, mampu menjamin kenyamanan masyarakat dan para pendatang serta menciptakan kebijakan yang pro-rakyat dan pro-bisnis. Tindakan pemerintah yang cepat tanpa alur birokrasi yang membingungkan akan menciptakan iklim pememrintah yang lebih peka terhadap perubahan dan mampu menciptakan iklim bisnis yang nyaman sehingga mampu menjemput BIT dengan cepat. Ada banyak pemerintah yang disegani rakyatnya dan didekati oleh pengusaha karena pemikiran pemerintah yang tidak terlalu birokratis. Contohnya Jakarta di bawah kepemimpinan Jokowi.
People (masyarakat dan pengusaha) pun sama, harus bisa mengikuti arus global. Mereka harus memiliki kompetensi untuk bermain secara global. Intervensi pemerintah disisni sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang knowledgeable. Pemerintah harus membangun fasilitas pendidikan agar mampu mencetak generasi berkarakter. Dengan status barunya sebagai perguruan tinggi negeri, POLITEKNIk justru akan membawa ampak besar dalam kemajuan pendidikan. Selain itu masyarakat perlu dibekali dengan nilai-nilai kebaikan agama dan etika agar mereka menjadi masyarakat cerdas yang membangun bukan merusak. Banyak sekali negara seperti di Amerika dan Eropa yang mulai runtuh karena masyarakatnya cerdas tapi kurang beretika. Bali pun akan kebingungan jika tak membuat filter yang kuat untuk menyaring budaya tourist yang kurang sesuai dengan nilai etika ke-timuran.
Pengusaha lokal harus juga meningkatkan level bisnisnya ke pasar yang lebih luas. Saat ini, pesaing yang menyerang bukan hanya pesaing lokal, akan banyak pesaing yang bisa menyerang dari arah yang tak terduga.  Ingat kita berada di situasi choos, kondisi dengan perubahan yang membingungkan dan serangan pesaing yang tak terduga. Pemerintah juga harus ikut andil dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan, menyediakan fasilitas bisnis yang menunjang pertumbuhan bisnis lebih cepat. Dengan kompetensi yang dimiliki, mereka bisa siap kapanpun untuk bersaing secara global, yang akhirnya masyarakart bisa welcome dengan kedatangan BIT.
Menjemput BIT harus dudukung dengan tiga hal yang sangat krusial agar mereka bisa nyaman di Banyuwangi. Jika kita meminjam konsep Hermawan Kertajaya, harus ada tiga hal yang dilakukan yaitu terus-menerus memperbaiki Liviability, investability dan visiability. Liviability berarti menjamin BIT untuk bisa tinggal nyaman. Untuk menjadi tempat tinggal yang nyaman, Banyuwabgi harus bisa menyediakan fasilitas umum yang nyaman, memberi layanan publik yang nyaman, menjamin biaya hidup yang kompetitif, mengurangi tingkat kriminalitas dan menciptakan nuansa lingkungan yang nyaman. Investability  adalah bagaimana menciptakan peluang investasi yang besar dengan menyediakan sumber daya manusia yang terampil, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas produksi, mempermudah akases pasar antar daerah bahkan lintas negara. Selain itu pemerintah juga perlu menciptakan iklim pemerintah yang tidak terlalu birokratis dan membuat regulasi yang bisa mnguntungkan banyak pihak. Visiability adalah bagaimana mempermudah akses BIT ke Banyuwangi misalnya dengan fasilitas transportasi dan akomodasi yang nyaman. Untuk melengkapi ketiganya, diperlukan juga event seperti merancang konferensi yang periodik agar mereka mngetahui banyak tentang Banyuwangi.
Sekali lagi, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan penawaran berupa potensi daerah yang unik untuk mendatangkan pengusaha dan investor yang nantinya akan membawa perubahan ke depan yang lebih baik. Banyuwangi harus menjadi  tuan rumah yang baik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang ada agar tamu merasa nyaman dan masyarakat tetap beretika.

Bagaimana pendapat Anda?


                                                                                                By: Husnul Hasan

Karya ini dipublikasikan di:
Facebook         :  Hasan Rish-unej (husnul_hasan@ymail.com)

Blog                :  http://lovemarketingg.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar