Benteng Anti-Korupsi: Internal Cobranding
Ilustrasi. (Foto: Seorchers)
DALAM karikatur sindiran di sebuah koran digambarkan, ada dua anak yang sedang berbincang-bincang tentang cita-citanya. Jika yang satu bercita-cita jadi dokter, cita-cita anak yang satu lagi adalah menjadi koruptor.
Katanya, “Enak, bisa cepat kaya, punya rumah megah, mobil mewah, dan uang berlimpah.” Sindiran ini bukan tidak mungkin sudah tersimpan di benak sebagian anak kita yang setiap hari menonton berita seputar kasus korupsi, bercampur aduk dengan berita seputar kehidupan glamor selebritas. Dalam sebuah karikatur yang lain, sindirannya bercerita seorang yang ingin mencari pekerjaan di Bandung.
Pekerjaan apa yang dicari? Pekerjaan sebagai pengemis jalanan, karena itu cara cepat-nikmat-hemat jadi kaya. Belum tentu anak-anak bisa menyaring dan menarik pelajaran dari berita televisi. Di benaknya yang tertinggal adalah semua itu tampak sebagai jalan cepat, jalan singkat, jalan mudah untuk memperoleh segalanya dalam hidup. Nasihat orang tua yang sering disampaikan adalah, “Jagalah nama baik orang tua dan keluarga besarmu, Nak! Itu harga yang luar biasa tidak ternilai”.
Nasihat itulah yang mengiringi doa dan mengantarkan anak-anak di luar pandangan orang tuanya. Sudah saatnya anak yang memberikan nasihat kepada orang tuanya untuk mengiringi dan mengantarkan ayah ibunya bekerja, di luar pandangan anak-anaknya, “Ayah/ibu, jagalah nama baik keluarga kita semua. Bila reputasi ayah/ibu hancur, kami akan ikut merasakan dampak dari kehancuran reputasi tersebut.”
Cobranding yang melekat dan mungkin bukan merupakan pilihan kita sendiri adalah cobranding dengan anggota keluarga. Dulu saya sering dikaitkan dengan ayah saya yang kebetulan cukup dikenal di dunia pendidikan di kota kelahiran. Kalimat, “Oh ini anaknya Bapak....” Saat itu, saya sering merasa terbebani karena apa pun harus sejalan dengan kecemerlangan orang tua saya. Tetapi, belakangan saya mengerti bahwa pada saat memiliki orang tua yang reputasinya baik, akan lebih mudah membangun citra brand. Itu sebabnya saya miris melihat berbagai berita tentang penangkapan tersangka KPK. Yang saya pikirkan pertama kali bukan oknum yang ditangkap, tetapi keluarganya. Bagaimana nasib istri/suami dan anakanaknya?
Ini membuat saya resah dan berpikir sangatlah tidak adil bagi seseorang yang berbuat kesalahan fatal, tetapi membawa efek domino reputasi yang tercoreng pada anak-anak, istri/suami yang mungkin tidak tahu-menahu tentang sepak terjang mereka. Pencegahan korupsi mungkin bisa dilakukan dari sisi yang berbeda, yaitu dari sisi internal cobranding strategy. Ini merupakan tulisan ketiga saya di kolom Branding Solution tentang pencegahan korupsi dari rumah, (1)Atasi Korupsi via Strategi Cobranding dan (2) KPK- Komisi ‘Pembongkaran’ Korupsi.
Dalam ilmu cobranding, 1 + 1 harus lebih besar dari 3. Misalnya, brand saya ditambah brand anak saya, paduannya harus 3 atau lebih. Ini hanya bisa terjadi apabila semua pihak dalam internal branding (orang tua dan anak) memahami tugas masingmasing, yaitu membina dan mempertahankan reputasi. Internal cobranding terdekat untuk diri kita adalah keluarga kita sendiri.
Artinya, sudah waktunya setiap anggota keluarga diberikan pendidikan dan pemahaman tentang manajemen reputasi dan personal branding. Jika perlu, dimulai dari sejak anak-anak di pendidikan sekolah dasar. Kurikulum pendidikan budi pekerti yang sudah lama ada perlu disusun ulang dengan menambahkan elemen pentingnya personal branding dalam kehidupan.
Apabila setiap anak memahami bahwa setiap pribadi merupakan elemen dari multiple branding dalam putaran kehidupan, maka di mana pun kita berada, di mana pun berperan di kemudian hari, di sana personal brand kita akan bisa selalu menjadi aset, bukan liabilities. Menambahkan, bukan mengurangi. Pelajaran personal branding harus dikemas dengan konteks yang mengena.
Hal yang belum ada justru bagaimana membuat anak menjadi agent of change di rumahnya masing-masing, yang selalu bisa mengingatkan ayah ibunya untuk menjauhi kegiatan apa pun yang akan membuat reputasi keluarganya hancur.
AMALIA E MAULANA PHD
Brand Consultant &
Ethnographer ETNOMARK Consulting
www.amaliamaulana.com @etnoamalia
(Koran SINDO//wdi)
http://economy.okezone.com/read/2013/10/09/23/878846/benteng-anti-korupsi-internal-cobranding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar