Kamis, 19 Desember 2013

NICHE MARKET TOURISM

NICHE MARKET TOURISM
 
 
            John Naisbitt pernah meramalkan bahwa di balik gelombang modernisasi yang akan menghalalkan segala sesuatu yang keduniawian, akan ada arus balik gelombang back to  Allah. Artinya, akan ada peningkatan kebutuhan akan keseimbangan antara sesuatu yang bersifat duniawi dan akhirat. Dalam hal lain kita juga akan melihat dua kutub yang berlawanan, misalnya orang desa yang ingin bergaya orang kota, sebaliknya banyak orang kota yang ingin merasakan nuansa desa. Di saat banyak orang yang membanggakan kemegahan infrastruktur, justru banyak yang ingin merasakan nuansa alam. Di saat banyak restoran yang menawarkan makanan ala barat, justru masakan daerah semakin dicari. Di saat banyak orang yang kagum pada kecanggihan teknologi, justru banyak yang menyerukan “back to nature”. This is great opportunity to develop tourism.
            Niche market adalah target pasar yang fokus pada pasar kecil tapi unik. Kecil tapi memiliki potensi besar untuk berkembang dan sustainable. Untuk memilih niche market, kita harus memilih potensi yang ada. Banyuwangi memiliki potensi alam yang banyak seperti Sukamade, Pulau merah, pantai Blambangan, Blimbing Sari, Rowobayu, Taman Nasional Baluran dan serta nuansa pegunungan yang khas. Niche market yang dipilih adalah mereka yang ingin merasakan kesejukan, adventure dan berharap value lebih dari keunikan yang ditawarkan.
Pariwisata yang bisa sustainable adalah pariwisata yang bisa melihat pasar dengan kreatif yaitu dengan mentransformasi dari “ what to offer” menjadi “how to offer”What to offer berbasis pada potensi yang dimilki baik alam ataupun buatan, dimana berbagai daerah lain sudah memilkinya. How to offer  berbasis pada bagaimana kita menawarkan potensi yang kita miliki dengan lebih berorientasi pada proses dan pemberian layanan untuk menciptakanvalue (nilai) yang berbeda. Pada intinya, dalam menawarkan pariwisata, Banyuwangi tidak hanaya bergantung pada potensi alam tapi bagaimana menawarkan potensi alamnya. Misalnya Cafe gumitir yang tidak hanya menawarkan kopi tapi memberi nilai lebih dengan fasilitas tambahan dan layanan. Ijen tidak hanya menawarkan kawahnya, tapi membungkusnya dengan proses ekstra seperti adventurehiking dan event “tour de ijen”.
Potensi pariwisata Banyuwangi yang menurut saya memiliki potensi besar ke depannya adalah wisata  natureseperti pegunungan, danau, kuliner khas daerah yang bernuansa keluarga dan wisata yang menawarkan alam untuk“event-event adventure”.. Dengan menciptakan wisata nuansa keluarga dan alam, kita bisa membuat segmentasi kelas memengah ke  atas. Wisata keluarga biasanya dilakukan oleh orang-orang kaya yang mereka rindu akan nuansa alam yang menawarkan ketenangan dan bernuansa kekeluargaan. Wisata “ adventure” b iasanya diincar bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman yang berbeda dari dunia pertama mereka yang membosankan. Hal ini berpeluang besar untuk menarik investor. Jika kita mampu bergerak di dua bidang ini, kita bisa memilki diferensiasi tinggi dan bisa memberikan value yang berbeda dari daerah lain, dengan begitu pengunjung akan merasa puas dan akan berlakulah hukum word of moutch, mereka akan menceritakan pengalamannya pada komunitasnya.
Untuk memajukan pariwisata, perlu adanya fasilitas pendukung seperti kemudahan akses trasportasi untuk menuju ke tujuan wisata, adanya fasilitas  pendukung seperti rumah makan, hotel dan tempat berbelanja oleh-oleh khas daerah. Selain itu, pariwisata Banyuwangi akan maju jika masyarakatnya knowledgeable. Mereka memilki wawasan yang luas dan tetap memegang teguh nilai-nilai agama dan nilai etika dalam masyarakat karena mereka akan kedatangan pengunjung dari luar daerah yang itu akan membawa budaya yang berbeda sehingga masyarakat harus meemilki filter yang kuat untuk menyaring budaya tersebut. Bali semakin kebingungan ketika banyaknya tourist asing yang masuk dengan membawa budaya yang beragam sedangkan massyarakat kurang bisa memfilter hingga akhirnya justru masyarakat mulai terbiasa dengan budaya tourist .  Dampak pertama yang terasa adalah pergaulan remaja. Di Bali masih bisa ditoleransi karena memang mayoritas masyarakat Bali adalah penganut Hindu. Bali masih terus berusaha memperkuat nilai-nilai luhurnya. Banyuwangi dengan mayoritas penduduk islam, akan beresiko besar jika pariwisata Banyuwangi dikembangkan dengan konsep yang sama dengan Bali terutama konsep wisata pantai dan tempat hiburan sebagai pendukung.
Wisata memang seharusnya membawa impact yang baik untuk mendokrak pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar tanpa melunturkan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Masyarakat harus menjadi pemain utama dalam pariwisata seperti dengan penyediaan akomodasi trasnportasi dan penginapan, penyediaan food and beverage, serta penyediaan kerajinan tangan atau oleh-oleh khas Banyuwangi.
Selain eksploitasi, wisata juga perlu dieksplorasi yaitu mengkomunikasikan potensi pariwisata melalui promosi.  Promosi harus jujur, tidak boleh berlebihan.” How to simplify complexities without loosing essentials”. Komunikasi itu harus sederhana tapi “mengena” dan menunjukan keunikan dari Banyuwangi. Banyuwangi harus mampu menciptakan kata ampuh yang akan melekat di target pasar karena perang yang sebenarnya adalah di benak konsumen yaitu memperebutkan ruang untuk ditempati produk kita. Seperti wisata Indonesia dengan branding “ wondwrfull Indonesia”yang menunjukan bahwa Indonesia memang memiliki wisata yang wonderfull.
What brand is banyuwangi in?
 
 
                                                                                                By: Husnul Hasan
 
Karya ini dipublikasikan di:
Facebook         :  Hasan Rish-unej (husnul_hasan@ymail.com)
Blog                :  http://lovemarketingg.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar