TRIANGLE BANYUWANGI MENJEMPUT BOLA
Salah satu cara agar
kura-kura bisa melihat keindahan dunia adalah dengan mengeluarkan kepala dari
cangkangnya alias think out of the box.
Kita dihadapkan pada dunia global yang telah
menjadikan batas-batas wilayah semakin tidak jelas, informasi semakin banyak
dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menuntut kita untuk cepat berubah.
Siap ataupun tidak siap arus globalisasi akan terus meraja lela.
Think
Globally and Act Locally adalah prinsip dasar dalam
memajukan daerah. Memajukan daerah berarti membuat perencanaan yang strategis
dan langkah taktik dengan cara yang tidak biasa agar menjadi daerah yang luar
biasa. Perencanaan yang strategis itu harus bebasis global, namun dengan taktik
yang berbasis sentuhan lokal.
Memajukan daerah
berarti meningkatkan level dari lokal, nasional, negara atau bahkan dunia.
Memajukan daerah bisa dilakukan oleh triangle
dengan menjemput bola. Triangle yang dimaksud adalah GPP yaitu Goverment (pemerintah), People (masyarakat dan pengusaha), dan Potential content (potensial daerah), sedangkan
bola yang harus dijemput adalah BIT yaitu Businessman,
investor dan tourist. Peranan triangle adalah menciptakan virtuous cycle yaitu ketiganya harus memiliki kesamaan dalam visi
dan langkah dengan interaksi yang saling menguatkan. Visi memegang peranan penting
untuk kemajuan daerah di masa depan.
Di level government, pemerintah harus bisa
mengubah mindset dari birokratis menjadi entrepreneurial
yang berani mengambil tindakan tanpa terbelit alur birokrasi yang panjang.
Pemerintah harus cepat dalam menangkap peluang dan memanfaatkannya untuk
kemajuan daerah, menciptakan pelayanan yang cepat, mampu menjamin kenyamanan
masyarakat dan para pendatang serta menciptakan kebijakan yang pro-rakyat dan
pro-bisnis. Tindakan pemerintah yang cepat tanpa alur birokrasi yang
membingungkan akan menciptakan iklim pememrintah yang lebih peka terhadap
perubahan dan mampu menciptakan iklim bisnis yang nyaman sehingga mampu
menjemput BIT dengan cepat. Ada
banyak pemerintah yang disegani rakyatnya dan didekati oleh pengusaha karena
pemikiran pemerintah yang tidak terlalu birokratis. Contohnya Jakarta di bawah
kepemimpinan Jokowi.
People
(masyarakat
dan pengusaha) pun sama, harus bisa mengikuti arus global. Mereka harus
memiliki kompetensi untuk bermain secara global. Intervensi pemerintah disisni
sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang knowledgeable. Pemerintah harus membangun fasilitas pendidikan agar
mampu mencetak generasi berkarakter. Dengan status barunya sebagai perguruan
tinggi negeri, POLITEKNIk justru akan membawa ampak besar dalam kemajuan
pendidikan. Selain itu masyarakat perlu dibekali dengan nilai-nilai kebaikan
agama dan etika agar mereka menjadi masyarakat cerdas yang membangun bukan
merusak. Banyak sekali negara seperti di Amerika dan Eropa yang mulai runtuh
karena masyarakatnya cerdas tapi kurang beretika. Bali pun akan kebingungan jika
tak membuat filter yang kuat untuk menyaring budaya tourist yang kurang sesuai dengan nilai etika ke-timuran.
Pengusaha lokal harus
juga meningkatkan level bisnisnya ke pasar yang lebih luas. Saat ini, pesaing
yang menyerang bukan hanya pesaing lokal, akan banyak pesaing yang bisa
menyerang dari arah yang tak terduga. Ingat kita berada di situasi choos, kondisi dengan perubahan yang
membingungkan dan serangan pesaing yang tak terduga. Pemerintah juga harus ikut
andil dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan, menyediakan
fasilitas bisnis yang menunjang pertumbuhan bisnis lebih cepat. Dengan
kompetensi yang dimiliki, mereka bisa siap kapanpun untuk bersaing secara
global, yang akhirnya masyarakart bisa welcome
dengan kedatangan BIT.
Menjemput BIT harus
dudukung dengan tiga hal yang sangat krusial agar mereka bisa nyaman di Banyuwangi.
Jika kita meminjam konsep Hermawan Kertajaya, harus ada tiga hal yang dilakukan
yaitu terus-menerus memperbaiki Liviability,
investability dan visiability. Liviability berarti menjamin BIT untuk
bisa tinggal nyaman. Untuk menjadi tempat tinggal yang nyaman, Banyuwabgi harus
bisa menyediakan fasilitas umum yang nyaman, memberi layanan publik yang
nyaman, menjamin biaya hidup yang kompetitif, mengurangi tingkat kriminalitas
dan menciptakan nuansa lingkungan yang nyaman. Investability adalah bagaimana
menciptakan peluang investasi yang besar dengan menyediakan sumber daya manusia
yang terampil, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas produksi, mempermudah
akases pasar antar daerah bahkan lintas negara. Selain itu pemerintah juga
perlu menciptakan iklim pemerintah yang tidak terlalu birokratis dan membuat
regulasi yang bisa mnguntungkan banyak pihak. Visiability adalah bagaimana mempermudah akses BIT ke Banyuwangi
misalnya dengan fasilitas transportasi dan akomodasi yang nyaman. Untuk
melengkapi ketiganya, diperlukan juga event
seperti merancang konferensi yang periodik agar mereka mngetahui banyak
tentang Banyuwangi.
Sekali lagi, pemerintah
dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan penawaran berupa potensi
daerah yang unik untuk mendatangkan pengusaha dan investor yang nantinya akan
membawa perubahan ke depan yang lebih baik. Banyuwangi harus menjadi tuan rumah yang baik dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai yang ada agar tamu merasa nyaman dan masyarakat
tetap beretika.
Bagaimana pendapat
Anda?
By:
Husnul Hasan
Karya
ini dipublikasikan di: